COOPERATIVE LEARNING


PEMBELAJARAN KOORERATIF (Cooperative Learning)


Apa Arti Pembelajaran Kooperatif?
Yuk kita simak bersama  >>>
Menurut Sanjaya (2006:241) Pembelajaran kooperatif adalah rangkian kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan penbelajaran yang telah dirumuskan. Model pembelajaran ini di bentuk dengan menggunakan sistem pengelompokan tim kecil yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, suku yang berbeda. Ada lagi  pendapat dari Trianto (2007:41) yang menyatakan bahwa di dalam kelas kooperatif peserta didik belajar bersama dengan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang peserta didik yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu.
Dari pendapat di atas dapat di mengerti bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil peserta didik bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Nurhadi (2004) menjelaskan, belajar kooperatif mengikut sertakan peserta didik secara aktif di dalam proses belajar, dimana setiap peserta didik memiliki peranan dalam kelompok dan dapat saling berinteraksi satu sama lain. Kebersamaan dan kerja sama dalam pembelajaran merupakan kerja sama untuk mencapai tujuan belajar.

Arends dalam Trianto (2011:65), menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
  1. Peserta didik bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar.
  2. Kelompok dibentuk dari peserta didik yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
  3. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam, dan
  4. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.

          Pembelajaran kooperatif dapat memberikan manfaat yaitu mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam masuknya ilmu pengetahuan pada setiap peserta didik. Di samping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial di kalangan peserta didik. Dengan belajar kooperatif, diharapkan nantinya akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat (Zamroni dalam Trianto, 2011: 57).

Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Ibrahim, dkk dalam Trianto (2007:48), menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif terdiri dari enam tahap. Adapun keenam tahap tersebut di sajikan dalam tabel 1 berikut:

  Tabel 1. Tahap Tahap Model Pembelajaran Kooperatif
Tahap
Aktifitas Guru
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan motivasi peserta didik
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik belajar
Menyajikan informasi
Guru menyajiakan informasi kepada peserta didik
Mengorganisasikan   peserta didik kedalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi / perpindahan secara efisien
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru mengevaluasi hasil belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasekan hasil kerjanya
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
  Sumber: Ibrahim, dkk dalam Trianto (2007:48)

Setiap pembelajaran kooperatif diakhiri dengan penghargaan kelompok berdasarkan poin yang diperoleh dari skor peningkatan. Penghargaan kelompok sesuai nilai yang didapatnya, nilai kelompok dihitung berdasarkan nilai perkembangan atau peningkatan yang disumbangkan anggota kelompok, berdasarkan rata-rata nilai perkembangan yang diperoleh (Slavin, 2005: 160). Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan tabel skor peningkatan berikut:

    Tabel 2. Perhitungan Nilai Peningkatan
Skor Test Akhir
Nilai Peningkatan
Lebih dari 10 poin di bawah dari skor awal
5
10-1 poin di bawah skor awal
10
Skor awal hinga 10 poin di atas skor awal
20
Lebih dari 10 poin di atas skor awal
30
Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor dasar)
30
  Sumber : Slavin (2005:159)

Selanjutnya menurut Ratumanan dalam Trianto (2011:72), berdasarkan rata-rata nilai perkembangan yang diperoleh terdapat tiga tingkat penghargaan yang diberikan untuk penghargaan kelompok. Adapun  kriterianya sebagai berikut:

 Tabel 3. Tingkat penghargaan kelompok
Rata-rata Tim
Prediket
0-5
-
6-15
Tim baik
16-25
Tim hebat
26-30
Tim super
Sumber : Dimodifikasi dari Ratumanan dalam Trianto (2011:72).

Tipe Pembelajaran Kooperatif
Ada 4 macam model pembelajaran kooperatif  menurut (Rusman, 2012:213) yaitu:
  1. Student Teams Achievement Division (STAD)
  2. Jigsaw
  3. Investigasi kelompok (Teams Games Tournaments atau TGT)
  4. Pendekatan struktural yang meliputi:
·         Think Pair Share (TPS)
·         Numbered Head Tugether (NHT)


Keunggulan Dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
A)    Keunggulan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Sanjaya (2011:249), pembelajaran kooperasif mempunyai beberapa keunggulan yaitu:
1.   Melalui pembelajaran kooperatif, peserta didik tidak terlalu bergantung pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber dan belajar dari yang lain.
2.  Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan menggunakan ide dan gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide peserta didik lainnya.
3.   Pembelajaran kooperatif membantu peserta didik untuk menghormati orang lain dan menyadari akan segala keterbatasan serta menerima segala perbedaan.
4.  Pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap peserta didik untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
5.    Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup baik untuk meningkatkan prestasi akademik, rasa harga diri, kemampuan sosial, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, keterampilan mengatur waktu, dan sikap positif terhadap Sekolah.
6.  Melalui pembelajaran kooperatif, peserta didik mampu untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, serta menerima umpan balik.
7.   Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan peserta didik menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi konkret, serta mampu meningkatkan motivasi peserta didik .

B)    Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Selain kelebihaan menurut Sanjaya (2011:249), pembelajaran kooperasif juga memiliki kekurangan yaitu:
1.  Untuk memahami dan mengerti filosofis pembelajaran kooperatif membutuhkan waktu. Tidak rasional mengharapkan peserta didik dapat mengerti dan memahami filsafat pembelajaran kooperatif secara otomatis. Untuk peserta didik yang dianggap memiliki kelebihan, mereka akan merasa terlambat oleh peserta didik yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan seperti ini dapat menggangu suasana kerja sama dalam kelompok.
2.   Ciri utama dari pembelajaran kooperatif adalah bahwa peserta didik saling membelajarkan. Oleh karena itu, dapat terjadi cara belajar yang tidak dicapai peserta didik jika tanpa peer teaching yang efektif.
3.     Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu peserta didik.
4.  Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang. Hal ini tidak dapat tercapai hanya dengan satu kali penerapan metode ini.
5.   Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk peserta didik, akan tetapi banyak aktifitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu sebaiknya melalui pembelajaran kooperatif selain peserta didik bekerja sama, peserta didik juga belajar bagaimana membangun kepercayaan diri.

Ada beberapa hal yang dapat menghambat proses pembelajaran Cooperative Learning. Penghambat-penghambat itu diantaranya adalah:
1.    Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan pembelajaran Cooperative Learning.
2.  Jumlah peserta didik yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian guru terhadap proses  pembelajaran relatif kecil sehingga yang hanya segelintir orang yang menguasai arena kelas, yang lain hanya sebagai penonton.
3.    Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran Cooperative Learning.
4.    Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran.
5. Terbatasnya pengetahuan peserta didik akan sistem teknologi dan informasi yang dapat     mendukung proses pembelajaran.

Berdasarkan masalah-masalah penghambat penerapan Cooperative Learning di atas maka upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
1.    Guru senantiasa mempelajari teknik-teknik penerapan model pembelajaran kooperatif di kelas dan menyesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.
2.     Pembagian jumlah peserta didik yang merata, dalam artian tiap kelas merupakan kelas heterogen.
3.     Diadakan sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran Cooperative Learning.
4.     Meningkatkan sarana pendukung pembelajaran terutama buku sumber.
5.  Mensosialisasikan kepada peserta didik akan pentingnya sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.
Jika masalah-masalah di atas dapat diatasi maka proses penerapan model pembelajaran kooperatif untuk mencapai tujuan belajar dapat terpenuhi. Menurut Ibrahim, dkk dalam Trianto (2007:44), ada tiga tujuan pembelajaran yaitu:
1)    Hasil belajar akademik
Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan sosial pembelajaran kooperatif juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu peserta didik memahami konsep-konsep yang sulit. Model pembelajaran ini telah dapat meningkatkan penilaian peserta didik terhadap belajar akademik daan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. dengan menggunakan metode ini hasil belajar peserta didik menjadi lebih baik.
2)     Penerimaan terhadap keragaman
Tujuan yang kedua adalah penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. Mengajarkan untuk saling menghargai satu sama lain.
3)  Pengembangan keterampilan sosial, Mengajarkan kepada peserta didik keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini penting karena banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial.

Referensi:
  • Rusman. 2012. Model-model pembelajara mengembangkan profesionalisme Guru. Rajawali Pers. Jakarta
  • Sanjaya, W. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media Group: Jakarta.
  • Slavin, R.E. 2005. Cooperative Learning Theory, Research and Practice. Second Edition. Boston:Allyin and Bacon
  • Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inofatif Progresif. Kencana: Surabaya.




<<Semoga Bermanfaat>>


 Jika ada masukan silahkan coret d kolom komentar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

ASAM SITRAT

KESEIMBANGAN LINGKUNGAN DAN PERUBAHANNYA