ASAM SITRAT



PRODUKSI ASAM SITRAT OLEH KAPANG

1.      PENDAHULUAN
1.1  Sejarah  asam sitrat
Asam Sitrat diyakini ditemukan oleh alkimiawan Arab-Yemen (kelahiran Iran) yang hidup pada abad ke-8, Jabir Ibnu Hayyan. Pada zaman pertengahan, para ilmuwan Eropa membahas sifat asam sari buah lemon dan limau; hal tersebut tercatat dalam Ensiklopedia Speculum Majus dari abad ke-13 yang dikumpulkan oleh Vincent dari Beauvais.  Asam Sitrat pertama kali diisolasi pada tahun 1784 oleh kimiawan Swedia, Carl Wilhelm Scheele, yang mengkristalkannya dari sari buah lemon.  Pembuatan Asam Sitrat skala industri dimulai pada tahun 1860, terutama mengandalkan produksi jeruk dari Italia. Pada tahun 1893, C. Wehmer menemukan bahwa kapang Penicillium dapat membentuk Asam Sitrat dari gula. Namun demikian, pembuatan Asam Sitrat dengan mikroba secara industri tidaklah nyata sampai Perang Dunia I mengacaukan ekspor jeruk dari Italia. Pada tahun 1917, kimiawan pangan Amerika, James Currie menemukan bahwa galur tertentu kapang Aspergillus niger dapat menghasilkan Asam Sitrat secara efisien, dan perusahaan kimia Pfizer memulai produksi Asam Sitrat skala industri dengan cara tersebut dua tahun kemudian.
Di alam, Asam Sitrat tersebar luas sebagai bahan penyusun rasa dari berbagai macam buah-buahan  seperti : markisa, sitrun, nenas, pear, dan lain-lain. Asam Sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan sayuran, namun ditemukan pada konsentrasi tinggi, yang dapat mencapai 8% bobot kering, pada jeruk lemon dan limau (misalnya jeruk nipis dan jeruk purut). Karena sifat-sifatnya yang tidak beracun, dapat mengikat logam-logam berat (besi maupun bukan besi), dan dapat menimbulkan rasa yang menarik, Asam Sitrat banyak dimanfaatkan di dalam industri pengolahan alkyd resin. Asam Sitrat alami juga banyak diproduksi di Sisilia, India Barat, Kalifornia, Hawaii, dan di berbagai wilayah lainnya. Produksi Asam Sitrat dengan proses fermentasi diterapkan secara besar-besaran dalam skala industri oleh Jerman pada awal abad ke-20 dan sekarang hampir 90% dari seluruh produksi Asam Sitrat di Amerika Serikat dihasilkan dengan cara fermentasi.



2.      PEMBAHASAN
2.1  Asam Sitrat
Asam sitrat atau 2-hidroksipropana-1,2,3-asam trikarboksilat (C6H8O7) adalah asam organik penting yang dihasilkan melalui proses fermentasi oleh mikroba (Agung, 2012). Senyawa ini merupakan bahan pengawet alami yang baik dan dapat juga dipakai untuk mengatur tingkat kemasaman pada berbagai pengolahan makanan dan minuman ringan. Penggunaan asam sitrat ke dalam makanan cenderung aman karena mudah dimetabolisme dan dikeluarkan oleh tubuh. Dalam biokimia, asam sitrat dikenal sebagai senyawa antara dalam siklus asam sitrat yang terjadi di dalam mitokondria, yang penting dalam metabolisme makhluk hidup. Zat ini juga dapat digunakan sebagai zat pembersih yang ramah lingkungan dan sebagai antioksidan.
Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang terdapat pada daun tumbuhan. Selain itu asam sitrat juga terdapat pada berbagai jenis buah dan sayuran, namun ditemukan pada konsentrasi tinggi, yang dapat mencapai 8% bobot kering, pada jeruk lemon dan limau (misalnya jeruk nipis dan jeruk purut).
2.1.1   Struktur Kimia Asam Sitrat
Rumus kimia Asam Sitrat adalah C6H8O7 atau CH2(COOH)-COH(COOH)-CH2(COOH), struktur asam ini tercermin pada nama IUPAC-nya, asam 2-hidroksi-1,2,3-propanatrikarboksilat. Keasaman Asam Sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil COOH yang dapat melepas proton dalam larutan. Jika hal ini terjadi akan menghasilkan  ion sitrat.

Gambar 1 Struktur Asam Sitrat (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20306/4/Chapter%20II.pdf)


2.1.2   Sifat-sifat Asam Sitrat (C6H8O7)
a.      Sifat Fisika
1.      Berat molekul : 192 gr/mol
2.      Spesific gravity : 1,54 (20°C)
3.      Titik lebur : 153°C
4.      Titik didih : 175°C
5.      Kelarutan dalam air : 207,7 gr/100 ml (25°C)
6.      Pada titik didihnya asam sitrat terurai (terdekomposisi).
7.      Berbentuk kristal berwarna putih, tidak berbau, dan memiliki rasa asam.

b.       Sifat Kimia
1.      Kontak langsung (paparan) terhadap Asam Sitrat kering atau larutan dapat menyebabkan iritasi kulit dan mata.
2.      Mampu mengikat ion-ion logam sehingga dapat digunakan sebagai pengawet dan penghilang kesadahan dalam air.
3.      Keasaman Asam Sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil -COOH yang dapat melepas proton dalam larutan.
4.      Asam Sitrat dapat berupa kristal anhidrat yang bebas air atau berupa kristal monohidrat yang mengandung satu molekul air untuk setiap molekulnya.
5.      Bentuk anhidrat Asam Sitrat mengkristal dalam air panas, sedangkan bentuk monohidrat didapatkan dari kristalisasi Asam Sitrat dalam air dingin.
6.      Bentuk monohidrat Asam Sitrat dapat diubah menjadi bentuk anhidrat dengan pemanasan pada suhu 70-75°C.
7.      Jika dipanaskan di atas suhu 175°C akan terurai (terdekomposisi) dengan melepaskan karbon dioksida (CO2) dan air (H2O). 


2.1.3   Kegunaan Asam Sitrat
Penggunaan utama asam sitrat saat ini adalah sebagai zat pemberi cita rasa dan pengawet makanan dan minuman, terutama minuman ringan. Kode asam sitrat sebagai zat aditif makanan (E number) adalah E330. Sifat sitrat sebagai larutan penyangga digunakan sebagai pengendali pH dalam larutan pembersih dalam rumah tangga. Kemampuan asam sitrat untuk mengikat ion-ion logam menjadikannya berguna sebagai bahan sabun dan deterjen. Dengan mengikat ion-ion logam pada air sadah, asam sitrat akan memungkinkan sabun dan deterjen membentuk busa dan berfungsi dengan baik tanpa penambahan zat penghilang kesadahan. Asam sitrat digunakan di dalam industri bioteknologi dan obat-obatan untuk melapisi (passivate) pipa mesin dalam proses kemurnian tinggi sebagai ganti asam nitrat, karena asam nitrat dapat menjadi zat berbahaya setelah digunakan.
Dalam industri farmasi (10 % dari total produksi), digunakan sebagai bahan pengawet dalam penyimpanan darah atau sebagai sumber zat besi dalam bentuk Feri-sitrat. Dalam industri kimia (25 % dari total produksi), digunakan sebagai antibuih dan bahan pelunak (Rahman, 1992). Asam Sitrat dapat pula ditambahkan pada es krim untuk menjaga terpisahnya gelembung-gelembung lemak, dan dalam resep makanan asam sitrat dapat digunakan sebagai pengganti sari jeruk. Asam Sitrat dikategorikan aman digunakan pada makanan oleh badan pengawasan makanan nasional dan internasional utama.


2.2  Kapang Pembentuk Asam Sitrat
Pada awalnya kapang pembentuk asam sitrat yang dikenal adalah Penicillium dan Mucor, ditemukan oleh Wehmer pada tahun 1893. Kemudian  pada tahun 1917, Currie menemukan  Aspergillus niger sebagai penghasil asam sitrat. Dan masih banyak lagi mikroorganisme yang mampu memproduksi asam sitrat.
Dewasa ini telah diketahui banyak jenis kapang yang dapat menghasilkan asam sitrat, seperti A. niger, A. awamori, A. fonsecaeus, A. luchuensis, A. wentii, A. saitoi, A. flavus, A. clavatus, A. fumaricus, A. phoenicus, Mucor viriformis, Ustulina vulgaris dll. Selain kapang, beberapa bakteri dan kamir juga dapat memproduksi asam sitrat, diantaranya : Brevibacterium, Corynebacterium, Arthrobacter dan Candida (Widyanti, 2013).
Diantara sekian banyak mikroorganisme di atas, Aspergillus niger adalah salah satu jenis kapang terbaik penghasil asam sitrat. Adapun Aspergillus niger mempunyai taksonomi sebagai berikut:
Divisi            : Mikota
Kelas            : Eumycetes
Sub-Ordo     : Ascomycetes
Ordo             : Eurotiales
Famili           : Eurotiaceae
Genus           : Aspergillus
Spesies          : Aspergillus Niger


2.2.1   Karakteristik Genus Aspergillus niger
Aspergillus niger memiliki miselium yang terdiri dari hifa yang bercabang-cabang dan bersekat, berwarna terang atau tidak berwarna, sebagian kedalam dan sebagian keluar (Widyanti, 2013). Sel kaki kadang didalam medium dan kadang diluar, lebih besar dari bagian lain serta berdinding lebih tebal. Dari sel kaki timbul batang konidiafor yang tumbuh tegak lurus. Apeks atau ujung sebelah atas membentuk visikel yang membesar dan ditumbuhi sterigmata primer dan sekunder, serta menghasilkan konidia yang terbentuk oleh pemanjangan atau pembelahan sel sterigmata (Gambar 2). Sedangkan morfologi Aspergillus niger diperlihatkan pada (Gambar 3).

Gambar 2. Diagram Aspergillus
(http://dyan-pertiwi.blogspot.com/2012_01_01_archive.html)

Gambar 3. Morfologi Aspergillus niger
(http://www.inspq.qc.ca/moisissures/fiche.asp?no=7&Lg=en)


Kepala spora bervariasi dalam pengaturan warna, ukuran dan bentuk, contohnya pada Aspergillus terricola var. americana berbentuk setengah bola, Aspergillus clavatus berbentuk ellips, Aspergillus vulvipes berbentuk kolumnar, bentuk dan karakteristik lain masih banyak. Pada umumnya kapang Aspergillus niger dapat ditemui dimana-mana, terutama pada tanah di daerah tropis dan subtropis serta dapat diisolasi dari bermacam substart, termasuk biji-bijian.
Galur untuk memproduksi asam sitrat cukup banyak, tetapi hanya mutan Aspergillus niger dan Aspergillus wentii yang banyak digunakan untuk memproduksi asam sitrat secara komersil. Secara alami asam sitrat merupakan produk metabolisme primer, tidak diekskresi oleh mikroorganisme dalam jumlah yang cukup berarti dan penggunaan Aspergillus niger dapat menekan produk-produk samping yang tidak diinginkan seperti : asam oksalat, asam isositrat dan asam glukonat (Rahman dalam Khaerina, 2013).
Dalam pembentukannya terdapat beberapa komponen medium yang diketahui berpengaruh terhadap fermentasi asam sitrat, meliputi : konsentarsi gula tinggi, konsentrasi fosfat rendah, pH rendah (dibawah 2,0), tekanan oksigen tinggi dan tidak terdapat unsur Mn++, Fe++, Zn++. Dari kondisi tersebut perlu dilakukan upaya untuk mempertahankan kondisi yang berpengaruh dalam memproduksi asam sitrat.


2.2.2   Pembuatan Inokulum
Untuk mempertahankan aktivitas inokulum dalam memproduksi asam sitrat jumlah besar, yaitu : beberapa cara perlu dilakukan, meliputi :
·         Isolasi Galur
Aspergillus niger dapat diisolasi dari tanah, kemudian dilakukan seleksi dengan cara membuat beberapa subkultur pada media padat atau cair dan dilakukan pengujian sampai diperoleh subkultur yang potensial. Untuk seleksi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu : teknik spora tunggal dan metode passage.
·         Propagasi spora
Untuk mendapatkan produk yang potensial, ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghasilkan spora, yaitu:
1.      Menumbuhkan kapang dalam medium sporulasi cair
2.      Menumbuhkan kapang dalam media agar yang sesuai. Setelah permukaan penuh spora, kemudian dipanen dan ditambahkan karbon aktif atau dibilas larutan garam.
3.      Kapang ditambahkan pada substrat padat, misal bekatul. Setelah spora berkembang dapat langsung diinokulasikan atau ditambah larutan tertentu, sehingga diperoleh larutan suspensi spora ( Rahman dalam Khaerina, 2013).


2.3  Produksi Asam Sitrat Oleh Kapang
Dalam proses produksi asam sitrat yang sampai saat ini lazim digunakan, biakan kapang Aspergillus niger diberi sukrosa agar membentuk asam sitrat. Setelah kapang disaring dari larutan yang dihasilkan, asam sitrat diisolasi dengan cara mengendapkannya dengan kalsium hidroksida membentuk garam kalsium sitrat. Asam sitrat diregenerasikan dari kalsium sitrat dengan penambahan asam sulfat.
Cara lain  adalah dengan menggunakan metode fermentasi. Proses fermentasi terbagi menjadi dua macam, yaitu:
a.       Surface fermentation (fermentasi permukaan)
b.      Submerged fermentation (fermentasi terendam)
(Khairina, 2013).

a.      Surface fermentation (fermentasi permukaan)
Pada proses surface fermentation digunakan kapang Aspergillus niger . Proses fermentasi permukaan ini diterapkan dalam dunia industri sejak tahun 1920-an. Sebelum mengalami proses fermentasi bahan baku diencerkan terlebih dahulu hingga konsentrasi gula 30% dalam mixer. Setelah itu ditambahkan asam sulfat, pospor, potassium dan nitrogen dalam bentuk asam atau garam sebagai nutrient. Campuran ini kemudian disterilkan lalu diencerkan kembali hingga konsentrasi gula mencapai 15% dan selanjutnya difermentasikan.
Proses fermentasi dilakukan didalam tangki-tangki yang terbuat dari alumunium. Inokulum (Aspergillus niger ) disemburkan bersama-sama dengan udara. Waktu inkubasi selama 9 – 11 hari. Lapisan lendir yang terbentuk dipermukaan medium diambil dan diekstraksi, sedangkan cairan hasil fermentasi diberi perlakuan panas dan penambahan kalsium hidroksida (ph 8,5) sehingga dihasilkan kalsium sitrat. Kebutuhan energi untuk surface fermentation tidak banyak karena proses aerasi menggunakan peralatan yang sederhana yaitu berupa kipas yang menghasilkan udara dan digerakkan oleh motor elektrik, energi yang dibutuhkan 1,3 – 2,6 mJ/m3. Berikut ini adalah gambar surface fermentation. 


 
Gambar 4. Surface Fermentation
(http://fhyzaa.blogspot.com/2013/06/produksi-asam-sitrat.html)


b.      Submerged fermentation (fermentasi terendam)
Pada proses submerged fermentation, proses fermentasi ini terbagi dua macam berdasarkan mikroorganisme yang digunakan diantaranya adalah submerged fermentation menggunakan kapang Apergillus niger dan submerged fermentation menggunakan yeast dalam hal ini adalah Candida guilliermondii.
Pada proses fermentasi menggunakan kapang, mikroorganisme Aspergillus niger ditumbuhkan dengan mendispersikannya dalam media cair. Bejana fermentasi tersusun atas tangki - tangki steril yang berkapasitas beberapa ratus kubik meter (1000 galon) dengan dilengkapi pengaduk mekanik serta pemasukan sejumlah udara steril. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh amelung-perquin, dimana produksi asam sitrat dengan proses biakan celup mempertimbangkan penggunaan phospat yang terbatas. Proses fermentasi asam sitrat terdiri dari dua tahap. Pertama fase pertumbuhan miselium dan kedua fase fermentasi pembentukan produk. Keduanya dikarakteristikkan oleh laju penyerapan karbohidrat. Pada fase pertama digunakan untuk pembentukan miselium dan pada tahap kedua karbohidrat diubah menjadi asam sitrat. 80% produksi asam sitrat dunia menggunakan metode ini.
Dalam skala industri Aspergillus niger adalah strain yang paling tepat untuk fermentasi, walaupun pada awalnya menghasilkan sedikit yield, namun dalam perkembangan selanjutnya penambahan methanol dalam larutan fermentasi akan menghasilkan yield yang besar. Sampai sekitar tahun 1969 atau 1970, Aspergillus niger dianggap sebagai satu-satunya asam sitrat dalam skala industri.
Pada tahun 1970, sebuah inovasi baru yang mendemonstrasikan bahwa produksi asam sitrat dapat dilakukan dengan menggunakan yeast seperti Candida guilliermondii yang mengandung glukosa atau molasses hitam pekat yang ekuivalen dengan sejumlah glukosa. Waktu fermentasi lebih singkat daripada Aspergillus niger . Penggunaan strain candida sangat efektif untuk pembuatan asam sitrat dari hidrokarbon, dimana konversi yang dihasilkan dapat mencapai lebih dari 10%. Secara umum proses submerged fermentation membutuhkan suplai energi yang cukup banyak, karena mencakup proses pengadukan, aerasi, serta pendinginan. Kebutuhan energi berkisar 8–16 mJ/m3 (28,5–57 Btu/gal) (Kirk Othmer 1945). 
Adapun perbandingan proses produksi asam sitrat secara surface fermentation atau submerged fermentation dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Proses Produksi Asam Sitrat
Jenis proses
Surface fermentation
Submerged fermentation
Yield
Yield yang dihasilkan 90%
Yield yang dihasilkan 54-56%
Lama fermentasi
Waktu fermentasi 3-4 hari
Waktu fermentasi 6 hari
Biaya perawatan
Biaya perawatan murah
Biaya perawatan mahal
Kontaminasi
Steril, kontaminasi kecil
Kontaminasi besar karena terbuka
 (http://fhyzaa.blogspot.com/2013/06/produksi-asam-sitrat.html).


Pada proses produksi dengan sintesis kimia, Jalannya reaksi didasarkan pada reaksi antara gliseroldevirat 1,3-dichloroaceton dengan sianida. Secara umum proses ini belum bisa diterima dalam industri kimia. Metode yang dapat digunakan antara lain dengan proses reaksi reformatsky reaksi Wiley, Karboksilasi aseton menggunakan katalis alkali metal phenolate dalam solvent dan epoksidasi itaconate, reaksi dengan sianida dan hidrolisa. 


2.3.1   Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fermentasi Asam Sitrat
Faktor-faktor yang mempengaruhi fermentasi asam sitrat adalah pemilihan strain; konsentrasi substrat; dan pengaruh kondisi fermentasi yang meliputi temperatur, derajat keasaman, serta luas permukaan. Pemilihan strain dalam industri fermentasi harus memenuhi syarat-syarat tertentu yaitu murni, unggul, stabil dan bukan patogen. Konsentrasi substrat harus diatur dengan tepat (tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah). Substrat akan dirombak oleh mikroorganisme dengan bantuan enzim membentuk asam sitrat. Substrat yang terlalu pekat mengakibatkan naiknya tekanan osmosis. Apabila tekanan osmosis lingkungan lebih tinggi dari sitoplasma, akan mengakibatkan sitoplasma kehilangan air yang selanjutnya isi sel akan mengecil dan struktur sel akan hancur. Substrat yang terlalu encer akan mengakibatkan laju pertumbuhan menjadi lambat.
Temperatur sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi asam sitrat. Agar dihasilkan konsentrasi asam sitrat yang tinggi maka fermentasi harus berlangsung pada temperatur optimal berkisar 25 – 30oC (Eva Novitasari W. dkk, 2008). Di atas temperatur optimum, kecepatan tumbuh sel akan menurun secara cepat yang berlawanan dengan kenaikan temperatur. Temperatur yang terlalu tinggi akan mempengaruhi membran sel mikroorganisme, di mana membran sel akan menjadi cair sehingga sel kehilangan strukturnya. Sedangkan pada temperatur rendah akan menyebabkan membran sel menjadi padat. Hal ini berkaitan dengan struktur membran yang terdiri dari lapisan lemak dan protein yang akan mengeras pada temperatur rendah sehingga proses pemasukan makanan melalui lapisan membran sel tidak terjadi dan dapat menyebabkan kematian dari sel mikroorganisme tersebut.
Kandungan gula juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan asam sitrat. Pembentukan asam sitrat dapat dilakukan dari bahan-bahan yang mengandung gula seperti : pati, kentang, hidrolisat pati, sirup glukosa, sukrosa, sirup gula tebu, dimana 2/3 kandungan sukrosa telah berubah menjadi gula invers. Berdasarkan penelitian, produksi asam sitrat maksimum biasanya dicapai pada konsentrasi gula 14-22% (b/v). Sumber karbon yang digunakan juga berpengaruh pada aktivitas mikroba.
Pengaturan pH penting bagi keberhasilan proses fermentasi. Untuk fermentasi asam sitrat pH optimum adalah 3, sedangkan pH optimum untuk pertumbuhan Aspergillus niger adalah 2,5 – 3,5. Penurunan pH menyebabkan produksi asam sitrat berkurang. Hal ini disebabkan pada pH rendah ion ferosinida lebih toksik bagi pertumbuhan miselium. Pada pH yang tinggi terjadi akumulasi asam oksalat (Laboratorium Bioindustri TIP, FTP, Unbraw, 2008).
Pada metode fermentasi permukaan, faktor luas permukaan juga harus diperhatikan. Karena proses fermentasi hanya berlangsung pada permukaan bidang media, maka untuk mendapatkan hasil yang maksimal, luas permukaan diusahakan seluas mungkin dengan memperkecil ketebalan cairan (pada media cair) atau memperkecil ukuran partikel pada media padat (Schlegel 1986). Parameter lain yang menentukan produksi asam sitrat maksimum adalah adanya oksigen. Oleh karena itu proses aerasi saat fermentasi harus dikontrol untuk dapat menghasilkan rendemen asam sitrat yang maksimum. kadar oksigen harus antara 20-25%, dengan laju aerasi 0,2-1 vvm. Sedangkan untuk pengadukan, karena viskositas larutan tidak tinggi dan kultivasi yang dilakukan juga pada skala kecil, maka tidak perlu dilakukan pengadukan yang terus menerus dan hanya dibantu dengan shaker saja agar oksigen yang berada diatas permukaan substrat dapat tercampur merata ke substrat sehingga aliran oksigen merata. 
Mekanisme pembentukan asam sitrat seperti dinyatakan dengan siklus Krebs atau siklus asam trikarboksilat, yaitu bahwa asam piruvat yang diperoleh dari glukosa menghasilkan Acetil CoA yang berkondensasi dengan asam oxalo-asetat yang telah terbentuk dalam siklus menghasilkan asam sitrat. Pada Aspergillus niger fosfoenol piruvat dapat diubah langsung menjadi oksaloasetat (tanpa melalui piruvat) oleh enzim fosfenol piruvat karboksilase. Reaksi tersebut membutuhkan ATP sebagai sumber energi, Mg2+ atau Mn2+ dan K+ atau NH4+. Berikut adalah gambar siklus reaksi asam sitrat:

Gambar 5. Siklus Asam Sitrat
(http://titi-sindhuwati.blogspot.com/2012/01/pembuatan-asam-sitrat.html)





3.      PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun dan buah tumbuhan. Zat ini juga dapat digunakan sebagai zat pembersih yang ramah lingkungan dan sebagai antioksidan. Rumus kimia asam sitrat adalah C6H8O7 dan nama IUPAC-nya, asam 2-hidroksi-1,2,3-propanatrikarboksilat.
Kapang Aspergillus niger merupakan mikroorganisme yang dapat tumbuh dan banyak digunakan secara komersial dalam produksi asam sitrat, asam glukonat, dan beberapa enzim seperti pektinase dan amilase. Produksi asam sitrat pada proses fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah jenis media, pH, media, waktu fermentasi, suhu, aerasi, dan mikroorganisme yang digunakan. 
Aspergillus niger merupakan salah satu spesies yang paling umum dan mudah diidentifikasi dari genus Aspergillus, famili Moniliaceae, ordo Monoliales dan kelas Fungi imperfecti. Aspergillus niger dapat tumbuh pada suhu 35-37ᵒC (optimum), 6-8ᵒC (minimum), 45 -47ᵒC (maksimum) dan memerlukan oksigen yang cukup (aerobik). Faktor- faktor yang sangat menentukan persiapan media antara lain kandungan gula, garam-garam anorganik, keasaman (pH), nisbah luas permukaan terhadap volume media, suplai oksigen, dan suhu. Jenis-jenis kapang, bakteri, dan khamir yang dapat menghasilkan asam sitrat, antara lain A. niger, A. awamori, A. fonsecaeus, A. luchuensis, A. wentii, A. saitoi, A. flavus, A. clavatus, A. fumaricus, A. phoenicus, Mucor viriformis, Ustulina vulgaris, Brevibacterium, Corynebacterium, Arthrobacter dan Candida. 
Asam sitrat secara alami terdapat dalam berbagai buah- buahan seperti lemon, jeruk, gooseberry, pear, dan lain- lain. Produksi asam sitrat secara sintetis dapat dilakukan pada media fermentasi padat dan media fermentasi cair. Pada kedua media ini, dibutuhkan gula atau sukrosa sebagai sumber karbon dan bahan baku dalam skala industri karena merupakan bahan baku yang mudah diperoleh dan paling baik. 
Terdapat tiga metode yang dapat digunakan untuk proses produksi asam sitrat, yaitu proses ekstraksi sederhana, proses fermentasi, dan proses sintesa secara kimia. Proses fermentasi terbagi menjadi dua macam, yaitu surface fermentation (fermentasi permukaan) dan submerged fermentation (fermentasi terendam). Pada proses surface fermentation digunakan kapang Aspergillus niger . Proses fermentasi ini dilakukan di dalam tangki-tangki yang terbuat dari alumunium. Kebutuhan energi untuk surface fermentation tidak banyak karena proses aerasi menggunakan peralatan yang sederhana. Pada proses submerged fermentation, proses fermentasi ini terbagi dua macam berdasarkan mikroorganisme yang digunakan diantaranya adalah submerged fermentation menggunakan kapang Apergillus niger dan submerged fermentation menggunakan yeast dalam hal ini adalah Candida guilliermondii
Faktor-faktor yang mempengaruhi fermentasi asam sitrat adalah pemilihan strain, konsentrasi substrat, dan pengaruh kondisi fermentasi yang meliputi temperatur, derajat keasaman, serta luas permukaan. Pemilihan strain dalam industri fermentasi harus memenuhi syarat-syarat tertentu yaitu murni, unggul, stabil dan bukan patogen. Fermentasi harus berlangsung pada temperatur optimal berkisar 25-30 oC. Larutan gula 15-25% dapat diubah secara fermentasi. Untuk fermentasi asam sitrat pH optimum adalah 3, sedangkan pH optimum untuk pertumbuhan Aspergillus niger adalah 2,5-3,5.
Mekanisme pembentukan asam sitrat seperti dinyatakan dengan siklus Krebs atau siklus asam trikarboksilat, yaitu bahwa asam piruvat yang diperoleh dari glukosa menghasilkan Acetil CoA yang berkondensasi dengan asam oxalo-asetat yang telah terbentuk dalam siklus menghasilkan asam sitrat.
Produksi asam sitrat akan terus meningkat sampai nutrisi yang terkandung dalam media habis. Jika nutrisi yang terkandung dalam media habis maka mikroba akan menghentikan fase eksponensialnya dan akan berubah menjadi fase stasioner kemudian fase kematian. Semakin tinggi konsentrasi nutrisi dalam media yang digunakan maka akan didapatkan konsentrasi atau rendemen produk yang tinggi. Sementara itu semakin lama waktu fermentasi yang berlangsung, maka kadar nutrisi yang terkandung dalam media akan semakin habis dan kadar gula sisa yang ada dalam media akan semakin menurun. Perlakuan yang tidak aseptis dapat mengganggu jalannya fermentasi produksi asam sitrat. 
Semakin tinggi jumlah biomassa yang dihasilkan maka akan menurunkan jumlah asam sitrat yang dihasilkan. Semakin tinggi konsentrasi nutrisi maka jumlah asam sitrat yang diperoleh juga akan semakin tinggi. Aplikasi asam sitrat selain untuk pangan, digunakan juga dalam industri farmasi dan kimia.

3.2 Saran
Adapun saran-saran yang kami ajukan adalah:
1.      Sebaiknya dilakukan praktikum pembuatan Asam Sitrat agar mahasiswa mendapat ilmu tambahan.
2.      Perlunya sosialisasi penggunaan Asam Sitrat, supaya masyarakat lebih familiar.




DAFTAR PUSTAKA


Agung. P. 2012. Isolasi, Seleksi Dan Fermentasi Produksi Asam sitrat Dari Kapang Penghasil Asam Sitrat. Available at: http://id.scribd.com/doc/129547826/Isolasi-Seleksi-Dan-Fermentasi-Produksi-Asam-Sitrat-Dari-Kapang. (online) (Diakses: 24 Desember 2013).
Khairina. H. 2013. Produksi Asam Sitrat. Available at: http://fhyzaa.blogspot.com /2013/06/ produksi-asam-sitrat. html. (online) (Diakses: 25 Desember 2013).
Khairulanam. dkk. 2010. Isolasi Dan Seleksi Kapang Penghasil Asam Sitrat. Available at: http:// khairulanam.files.wordpress.com/2010/08/asam-sitrat.pdf. (online) (Diakses: 23 Desember 2013).
Laboratorium Bioindustri TIP, FTP, Unbraw (2007), Fermentasi Asam Sitrat. Available at: http://www.media komunikasi permi cabang malang/asam sitrat. com. (online) (Diakses: 24 Desember 2013).
Novitasari. E. dkk. 2008. Pembuatan Etanol Dari Sari Kulit Nenas, Laboratorium Bioindustri TIP-FTP UNIBRAW. Available at: http://bioindustri.blogspot.com /2008/05/ pembuatan-etanol-dari-sari-kulit-nenas.html. (online). (Diakses pada 23 Desember 2013).
Ovelando. R. dkk. Fermentasi Buah Markisa (Passiflora) Menjadi Asam Sitrat. Available at: http://jit.unsri.ac.id/index.php/jit/article/view/5. (online) (Diakses: 23 Desember 2013).
Pertiwi. D. 2012. Diagram Aspergilus. Available at: http:/dyan-pertiwi.blogspot. com/2012_01_01_ archive.html. (online) (Diakses: 23 Desember 2013).
Qeubec. 2011. Aspergillus Niger.  Available at: http://www.inspq.qc.ca/moisissures /fiche.asp?no=7& Lg=en. (online) (Diakses: 24 Desember 2013).
Sindhuwati. T. 2012. Pembuatan Asam Sitrat. Available at: http://titi-sindhuwati.blogspot.com /2012/ 01/ pembuatan-asam-sitrat.html. (online) (Diakses: 23 Desember 2013).
USU. 2006. Sejarah Asam SitratAvailable at: http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345 6789/20306/4/Chapter%20II.pdf. (online) (Diakses: 23 Desember 2013).
Widyanti. E.  2013 Tesis Produksi Asam Sitrat Dari Substrat Molase Pada Pengaruh Penambahan Vco (Virgin Coconut Oil) Terhadap Produktivitas Aspergillus Niger Itbcc L74 Terimobilisasi. Available at: http://eprints.undip.ac.id/25182 /1/emmanuela.pdf. (online) Diakses: 24 Desember 2013).


Komentar

Postingan populer dari blog ini

CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

KESEIMBANGAN LINGKUNGAN DAN PERUBAHANNYA